Sabtu, 23 April 2016

peran keluarga dalam pendidikan anak



Berbicara mengenai pendidikan anak, tentunya tak lepas dari peran serta keluarga dalam membentuk pribadi serta karakter dari seorang anak. Tempat pertama anak mengenal kehidupan pun dari keluarga. Itu menandakan bahwa pendidikan pertama yang anak peroleh adalah dari keluarganya itu sekndiri. Melalui keluarga, seorang anak diberi pondasi untuk dibentuk pribadinya sesuai dengan arahan yang diinginkan keluarganya sebelum anak itu dilepas atau dibebaskan untuk belajar di luar nantinya. Pendidikan memang bisa didapat dari mana saja, tetapi keluarga disini memegang peranan penting dalam membentuk karakter serta pribadi anak itu sendiri.
Tak bisa dipungkiri, bahwa saat ini jaman telah berubah dimana teknologi seakan-akan hidup beriringan dengan seiring pertumbuhan manusia. Banyak beragam informasi yang dapat kita peroleh termasuk hal-hal buruk yang terkandung didalamnya. Bagaimana seorang anak menjadi pribadi yang baik jika lingkungan kehidupannya saja sudah begitu modern?
Kembali lagi kepada peran keluarga, nilai-nilai yang telah ditanamkan orang tua kepada anaknya, termasuk lingkungan keluarga yang terbentu didalamnya akan membawa pola pikir dan pribadi anak untuk bisa menyaring informasi dan menjaga dirinya untuk menjadi anak yang berkarakter baik sehingga dapat mencapai apa yang diinginkannya, mencapai cita-citanya, dan tentunya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak.
Anak yang dalam keluarganya selalu ditanamkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, diarahkan untuk menggali potensinya, serta dalam pengajaran di keluarga yang baik tentu akan lebih mampu menghadapi dunia luar dan menyikapinya dengan bijak. Jika anak tersebut di lingkungan luar, nilai-nilai tersebut otomatis akan mempengaruhi caranya dia bergaul dan bersikap. Hal itu dapat di lihar dari cara dia berada di sekolah, saat ujian dia berusaha untuk tidak mencontek, membantu sesama, menghargai orang lain. Berbeda dengan anak, yang didik dengan kurang baik di keluarganya, misalnya anak tidak diajarkan nilai-nilai agama, tidak dibimbing dalam belajarnya, kurang diberi perhatian dan nasihat. Anak tersebut cenderung akan berpikir bahwa keluarga bukan merupakan tempat yang nyaman dimana ia akan berbagi dan meminta arahan, dia akan mencari lingkungan di luar yang dia rasa mampu menerimanya. Itupun kalau lingkungan yang ia pilih benar, jika salah? Anak akan mengikuti hal-hal yang telah mempengaruhi pola pikirnya.
Nah, disinilah peran keluarga untuk memberikan pondasi utama bagi anak untuk menanamkan nilai-nilai pengajaran yang benar. Agar karakter yang terbentuk pada anaknya adalah pribadi yang siap dan berpedoman. Sifat yang tertanam dalam diri seseorang mempengaruhi bagaimana cara dia bersikap dan bertindak yang akan membantunya dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, seseorang yang tidak diajarkan nilai kesopanan dalam keluarganya, tidak diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua darinya, maka didalam kehidupan bermasyarakatpun dia akan bersikap acuh tak acuh terhadap orang yang lebih tua darinya, tidak menghormatinya atau bahkan bersikap “masa bodo” ketika seseorang yang lebih tua berbicara dengannya.
Mungkin ketika anak tersebut mulai besar, dia akan dimasukan ke dalam sekolah. Di sekolah dia mulai belajar dari orang lain yang dalam hal ini bisa guru, teman, maupun lingkungan yang ada disekolah tersebut. Waktu anak untuk berada di lingkungan kelarga mungkin menjadi berkurang, namun setelah sekolah usai, bukankah anak-anak kembali ke rumah? Dan keluarga lagi lah tempat dimana anak untuk belajar lagi. Maka seberapa lama pun anak pergi meninggalkan rumah, dia akan kembali kepada keluarganya. Keluarga merupakan tempat menetralisir dari pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh anak ketika berada diluar. Ketika di luar rumah anak mendapat pelajaran berupa melihat copet, maka ketika dirumah orang tua berusaha menjelaskan dan mengajarkan bahwa itu merupakan perbuatan yang tidak baik dan tidak patut ditiru.
Adanya keluarga juga harus memberikan lingkungan keluarga yang baik bagi perkembangan psikologis serta untuk pribadi anak itu sendiri karena anak lahir dan besar dalam lingkungan keluarga. Anak dari kecil, belajar dari apa yang dia lihat dan dia dengar di sekitarnya. Ketika lingkungan keluarga cenderung dianggap tidak nyaman baginya, misalnya melihat kondisi keluarga yang saling tidak peduli satu sama lain, maka anak tersebut cenderung mengikuti apa yang diperbuat orang tuanya. Kejadian maupun perbuatan kurang baik yang kerap terjadi di rumah, membuat kondisi psikoogis anak pun terganggu. Ketika kondisi psikologis anak terganggu, tentu akan mempengaruhi cara dia bersikap di lingkungan masyarakat. Misalnya anak tersebut terlalu sering melihat orang tuanya bertengkar, membuat anak tersebut menjadi trauma dan penakut, di lingkungan masyarakat dia menjadi pribadi yang pemurung dan kurang mampu bersosialisasi dengan orang lain dan contoh lain sebagainya yang membuat anak-anak menjadi tidak berkembang.
Cara keluarga baik orang tua maupun saudara memperlakukan anak juga akan mempengaruhi karakter anak tersebut. Misalnya seorang anak yang terbiasa dituruti apapun yang dia mau membuat dia menjadi tidak mandiri ketika sudah besar dan berada di lingkungan masyarakat. Dia menjadi orang yang kurang tegas dalam mengambil keputusan sehingga untuk mendapat pengakuan dari masyarakat pun menjadi kurang berarti.
Jadi perlu ditekankan lagi, bahwa keluarga merupakan tempat pertama seorang anak belajar tentang kehidupan. Untuk itu, diperlukan peran keluarga untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai agama kepada anak agar terbentuk karekter atau pribadi anak yang lebih baik karena dengan pondasi yang kuat maka seorang anak tidak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang sekiranya negatif dan mampu menyaring segala informasi ataupun yang pengetahuan yang ia dapatkan. Keluarga harus menciptakan kondisi yang nyaman bagi anak sehingga psikologis anakpun menjadi terjaga. Sehingga dia mampu dan diterima untuk berada dilingkungan masyarakat

Jumat, 08 April 2016

aku harap kaulah pemimpinku



Aku tahu kini perlahan kita mulai menjalani kehidupan dengan atas nama kita
Apa yang aku lakukan karena ku ingin denganmu
Dan apa yang kamu lakukan karena kamu ingin denganku
Kita melangkah layaknya sepasang merpati yang terbang beriringan selalu
Aku telah memintamu, untuk tetap berada disisiku
Menjadi teman dan sosok yang selalu ada disaat ku merangkak hingga saatnya aku mampu berdiri
Aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik disisimu walau kadang sulit untuk mengerti kita, mengerti kamu
Kamu pernah bilang “ tetap jadilah yang terbaik dihidupku” dan itulah yang saat ini coba kulakukan untukkmu
Dimana tangan ini menengadah dan kaki ini bersujud. Aku selalu berdoa bahwa kamulah sosok yang Dia berikan untuk menjaga dan mendampingiku sampai akhir waktuku
Menjalani hidup bersama dengan penuh kasih sayang yang mampu kita curahkan satu sama lain
Ya allah, aku harap dia yang terbaik dari semua pilihan yang berikan kepadaku
Aku telah berusaha dan akan terus mencoba untuk membuatnya bahagia, nyaman, dan gembira ketika bersamaku, baik disaat aku dekat dengannya maupun disaat dia tidak dalam dekapanku
Dan aku juga berharap bahwa dialah pilihan terbaik yang Engkau berikan untuk memimpinku kelak

ketika rindu ini hadir



Ini memang bukan pertama kalinya aku menulis dengan perasaan dimana aku begitu merindukanmu..
Banyak sajak-sajak yang telah kutuliskan yang menggambarkan betapa merindunya aku saat raga ini benar-benar jauh. Tetapi aku rasa, tulisanku kali inilah yang paling akan mewakili kerinduanku dalam kondisi yang baru. Masa-masa yang telah dijalani, baru pernah kali ini kita ada dalam kondisi dimana tidak ada alat komunikasi diantara kita. Ini bukan karena permasalahan, tapi ini karena memang tuntutan tugas. Ya, aku menyadarinya dan itu bukan menjadi perkara besar. Namun, apalah daya jika hati ini benar-benar merasa sepi. Jangankan suara, tanpa pesanpun ada..
taa..
taaa..
tatatata..
rindu ini semakin terasa ketika teringat ucapanmu yang memintaku pulang, namun waktu yang belum tepat. Ditambah lagi ku putar lagi rekaman yang telah kau berikan padaku. aku tau ini hanya beberapa hari, dan aku pun tak menyalahkan siapa-siapa. Kan sudah ku bilang, ini hanya tentang rindu..
apa kau merindukanku juga?
 aku memang merindukanmu, namun aku lebih percara denganmu karena kamu disana juga untuk tugasmu dan kebaikanmu. Aku mendukungmu. Ini pun bukan masalah tentang kegiatanmu, ini hanya tentang rindu tanpa kabarmu. Bukan pula ku marah, ini hanya rindu.
Apapun yang sedang kamu lakukan disana, jaga dirimu baik-baik, jaga kesehatan badan dan hatimu, karena aku yakin ada manfaat yang kamu ambil dalam tugas itu. Apa pun yang terjadi pula, selalu ingatlah dengan tuhanmu.. karena aku disinipun mendoakanmu, mendoakan yang terbaik untukmu..
Tak perlu khawatir, aku disini baik-baik saja. Melakukan kegiatan yang seperti biasanya aku ceritakan padamu. Cepatlah tiba, hari dimana kita bisa berkomunikasi lagi, aku ingin mendengar ceritamu, sekecil apapun, dan akupun ingin bercerita padamu, sekecil apapun itu. Bercerita yang hanya biasanya kuceritakan padamu.